BERITA

Caleg Bicara Toleransi | Swastiningsih: Toleransi Bisa Terwujud dengan Silaturahmi

Profesi seorang dosen ilmu sosial dan ilmu politik di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta membuat Swastiningsih mafhum benar soal istilah toleransi. Namun, tak hanya sebatas teori saja, ia pun mengamati perilaku masyarakat di sekitarnya terkait

AUTHOR / Kartika Sabturina

Caleg Bicara Toleransi | Swastiningsih: Toleransi Bisa Terwujud dengan Silaturahmi
Caleg Bicara Toleransi, Swastiningsih, Silaturahmi

KBR68H, Jakarta – Profesi seorang dosen ilmu sosial dan ilmu politik di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta membuat Swastiningsih mafhum benar soal istilah toleransi. Namun, tak hanya sebatas teori saja, ia pun mengamati perilaku masyarakat di sekitarnya terkait isu toleransi. (Baca: Jangan Pilih Caleg Intoleran)

Calon legislatif dari Partai Hanura dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VIII (Kab. Cirebon, Indramayu, Kota Cirebon) ini juga berupaya membentuk sebuah organisasi untuk menjaga toleransi di tengah masyarakat.

Ia pun punya tips khusus untuk menjaga toleransi di tengah masyarakat. “Menurut saya, diskriminasi terhadap sesama manusia itu tidak harus terjadi jika bisa dicapai dengan silaturahmi," tutur Swastiningsih.

PortalKBR berkesempatan berbincang dengan Swastiningsih mengenai toleransi dan pengalamannya bersinggungan dengan isu toleransi.

Pemahaman Anda tentang toleransi?

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.

Seperti apa bentuk toleransi yang dekat dengan Anda?


Toleransi agama. Di kawasan Jakarta Utara, ada masjid yang bersebelahan dengan greja. Hingga saat ini, masih ada kedua bangunan tersebut dan tidak terjadi diskriminasi di sana. Menurut saya, itu bentuk toleransi agama mereka saling menghormati satu sama lainnya.”

Lalu bagaimana toleransi dalam Dapil Anda?

Untuk kawasan Indramayu dan Cirebon, selama ini saya tidak mendapati permasalahan intoleransi pada daerah tersebut. Saya rasa karena budaya mereka yang terbiasa untuk menghormati satu sama lain.

Saya cukup dekat dengan beberapa kelompok masyarakat, mereka sangat toleransi. Saya cukup bangga dengan sikap mereka. Tidak membeda-bedakan antarkelompok mayoritas dan minoritas.

Bagaimana bila Anda nanti akan bersinggungan dengan Intoleransi?

Saya harap itu tidak terjadi, karena itu berarti menambah masalah atau kasus baru. Menurut saya, diskriminasi terhadap sesama manusia itu tidak harus terjadi jika bisa dicapai dengan silaturahmi.

Apa ada upaya khusus untuk mempertahankan toleransi tersebut?

Untuk pribadi, saya akan tetap menjaga silaturahmi kepada kelompok lain. Salah satu upaya saya untuk mempertahankan toleransi dengan membentuk yayasan universal multifungsi. Orang-orang yang bergabung didalamnya berasal dari berbagai macam kelompok. Seperti nelayan, petani, guru. Intinya kami terus menjaga tali silaturahmi di dalam yayasan tersebut.

Editor: Anto Sidharta


Tulisan ini adalah bagian dari serial #calegbicaratoleransi yang dihadirkan PortalKBR untuk membantu masyarakat mengenal calon anggota legistlatif yang maju dalam Pemilu 2014 April mendatang. Isu toleransi kami pilih mengingat Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan dan sudah sepatutnya para caleg sadar akan kekayaan ini. Caleg DPR RI dipilih secara acak – baik nama, partai maupun daerah pemilihannya. Ikuti juga Kenali Caleg yang membantu Anda memilih satu dari 6607 caleg yang maju di Pemilu 2014.


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!